Jumat, 25 November 2011

sampai kapan lagi?introspeksi diri....mulai sekarang saat yang paling tepat jangan sampai m
enunggu sampai saat ajal menjemput kalian krena itu akan berdampak buruk dalam rona hidup akherat nanti.
apakah diri kita telah menjadi pribadi yang baik?
jangan biarkan diri kita menjadi bahan baku api neraka di akherat nanti.hidup di dunia hanya penuh tipuan belaka yang membawa kita pada kesenangan yang akan menjurus pada jurang kenistaan.

Rabu, 02 November 2011

ROHIS SMA MTA Surakarta


Buka Puasa bersama dengan Al-Ustadz Drs. Ahmad Sukina

Pada tanggal 22 Agustus 2011 yang juga bertepatan dengan tanggal 22 Ramadhan 1432H. Organisasi Kerohanian Islam SMA MTA Surakarta atau biasa disebut ROHIS SMA MTA Surakarta menggadakan sebuah kegiatan besar yang melibatkan seluruh warga SMA MTA Surakarta dengan Pengurus Pusat Yayasan MTA Surakarta. Acara yang diberi nama pengajian akbar dan buka puasa bersama dengan ketua umum yayasan MTA Surakarta ini mengambil tema “Merajut Indahnya Mahligai Ukhuwah”

Acara yang  bertempat di gedung pengajian MTA yang berada di jalan Ronggowarsito No.111A Surakarta ini diikuti oleh seluruh siswa – siswi, Guru, Pembina Asrama, serta seluruh karyawan SMA MTA Surakarta. Kegiatan ini bertujuan  untuk menyatukan seluruh warga SMA MTA Surakarta dalam sebuah bangunan Ukhuwah Islamiyyah.

            Selain untuk mempererat jalinan ukhuwah islamiyyah dikalangan pelajar, acara ini juga bertujuan untuk membekali siswa SMA MTA Surakarta akan pentingnya akhlaqul Karimah dalam kehidupan sehari-hari. Serta untuk membekali siswa-siswi dalam menghadapi liburan lebaran idul Fitri 1432H.



             ketua panitia pengajian akbar dan buka bersama dengan ketua Umum MTA. Muhammad Nanta, kegiatan ini terbilang cukup sukses dan sudah berjalan sesuai dengan rencana, walaupun disana-sini masih banyak sekali kekurangannya,katanya.

            Ia menambahkan bahwa kegiatan yang digawangi oleh pengurus ROHIS SMA MTA Surakarta ini selain bertujuan untuk mempererat jalinan ukhuwah islamiyyah antara siswa dengan guru. Kegiatan ini juga sebagai pembelajaran bagi pengurus ROHIS SMA MTA Surakarta dalam menyelenggarakan suatu event yang melibatkan banyak orang tambahnya.







Selasa, 17 Mei 2011

BULETIN AL-FUR'QON SMA MTA Surakarta


Merajut Indahnya Mahligai Ukhuwah
Ikhsya ‘alaik...!! umpat Abid mendapati flashdisknya raib. “Siapa yang mengambil flashdiskku!” ungkapnya dalam hati, “Pasti teman satu kamarku pelakunya, sial..sial...sial! mereka memang tak bisa dipercaya....!”.
 Sepenggal kisah diatas tentu pernah dialami oleh orang-orang disekitar kita atau justru kita alami sendiri. Kita akan merasa menjadi yang paling benar saat kita mengalami hal tersebut, tanpa melihat berbagai kemungkinan disekitar kita. Padahal bila kita berfikir, mungkin saja kita lupa menaruhnya disuatu tempat atau mungkin masih dipinjam oleh salah satu teman kita. Itulah sebabnya, mengapa kita harus selalu berusaha untuk berfikir positif, bayangkan bila kita selalu berfikir negatif, kita akan hidup penuh dengan kecurigaan terhadap orang-orang disekeliling kita.
Begitu indahnya bila kita memiliki hati yang bersih, pikiran yang positif, serta tindakan yang baik. Pribadi kita akan menilai diri ini penuh dengan rasa syukur. Apapun yang kita miliki dan terima dengan hati yang senang, semua itu hakikatnya akan dikembalikan lagi kepada Allah SWT.
Karena Allah akan memberikan nikmat yang lebih banyak, bila hamba-Nya mau bersyukur. Itulah janji Allah, yang tak akan pernah diingkari oleh-Nya. “La in syakartum La aziidannakum” (“Jika kalian bersyukur, niscaya Aku (ALLAH) akan menambah rizkimu”)… QS. Ibrahim : 7
Dengan pikiran yang jernih, kita tidak terlalu banyak menuntut kepada orang lain untuk berbuat sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tapi selalu lah memberi perhatian dan toleransi kepada orang lain dan berusahalah mengerti keadaannya.
Husnudzon atau berbaik sangka kepada siapapun adalah kunci kita bisa membangun hubungan baik dengan siapa saja. Berbeda dengan su’udzon yakni perbuatan yang harus dijauhi karena jelas dilarang dalam syari’at. Rasulullah pun pernah mengatakan, bahwa tingkatan ukhuwah islamiyah yang paling rendah adalah husnudzon. Sedangkan yang tertinggi adalah ihtisar (mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan sendiri). Subhanallah bila kita semua bisa melakukannya dengan baik dan istiqomah.
Dengan begitu, sebuah ikatan persaudaraan se-muslim atau yang biasa akrab disebut dengan ukhuwah islamiyah, akan terjalin indah bila satu sama lain saling mengerti dan memahami. Tidak pernah terpikir dan terbesit perasaan dendam, iri, bahkan  kesal dengan perilaku siapa saja. Jangankan dengki, iri saja pun tidak diperkenankan oleh Allah SWT.
Sekarang.....
Bagaimana kita bisa ihtisar kalau husnudzon saja terasa begitu sulit untuk dilakukan ?
Bagaimana pula kita bisa mengalah demi orang lain jika berbaik sangka saja rasanya begitu berat ?
Husnudzon terlihat seperti perkara yang mudah, namun ternyata sulit untuk dilaksanakan. Lebih mudah bersu’udzon (berburuk sangka) dibanding berbaik sangka. Karena memang syaitan terus menghembuskan nafsu egoisme kita untuk melihat kesalahan orang lain, bagaikan melihat seekor gajah dipelupuk mata. Begitu sebaliknya, kebaikan orang lain bagaikan mencari semut hitam diatas batu hitam.
Contoh yang paling sering kita hadapi antara lain, ketika melihat ada orang lain yang perilakunya tidak kita sukai, maka kita secara tidak langsung berpikiran negatif bahwa orang itu memang mengada-ada, suka mencari perhatian, atau piktor (pikiran kotor) yang lainnya. Padahal bisa jadi dia melakukan itu karena terpaksa atau bahkan memang tidak sengaja. Kita sebaiknya memikirkan beribu-ribu alasan terlebih dahulu untuk mendasari sikap ia berbuat seperti itu dan mencoba memahaminya.
Tapi yang sering kali kita lakukan malah ghibah atau gosip (membicarakan keburukannya pada orang lain) dan tidak mau berusaha untuk memberi kesadaran kepada orang yang kita gosipkan tersebut, kalau kita  hanya sekedar bergosip, maka orang itu tidak akan pernah tahu dan menyadari bahwa dirinya mungkin pernah berbuat salah. Seperti dalam QS. Al Hujurat ayat 12 dijelaskan bahwa:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya …”
Masya Allah, begitu burukkah perumpamaan bagi orang yang suka menggunjing orang lain? Sampai-sampai Allah mengibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Yah, itulah yang wajib kita renungkan, wahai saudara-saudara ku se-iman.
Terlepas dari seberapa besar dosa yang akan kita dapatkan, dengan selalu berburuk sangka dan mencari-cari kesalahan orang lain, kemudian mempergunjingkannya kepada orang lain. Tetap saja perbuatan tersebut merupakan suatu yang sia-sia, sehingga akan membunuh diri kita sendiri. Karena orang yang selalu berpikiran negatif, secara otomatis tidak akan pernah puas dan tidak pernah suka melihat orang lain bahagia. Alhasil, hatinya akan selalu dipenuhi oleh noda-noda kebusukan untuk menghasut bahkan memfitnah saudarnya sendiri. Hidupnya juga tidak akan pernah tenang dan merasa aman, serta selalu sengsara dan menderita tekanan batin tingkat tinggi.
Oleh karena ini, marilah kita mulai menata hati kita. Untuk selalu berpikir positif, mulailah dari sekarang untuk selalu berusaha berbaik sangka pada saudara-saudara kita. Dengan membiasakan berhusnudzon, maka aktivitas kita akan terasa ringan untuk dijalani. Karena Allah akan selalu memberi jalan kemudahan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha untuk terus memperbaiki kesalahan saudaranya dalam sebuah mahligai ukhuwah islamiyah untuk menjadi kuat dan kokoh.
Untuk membentuk sebuah mahligai ukhuwah islamiyah yang indah serta kokoh, memang perlu tadhiyah (pengorbanan) yang tinggi. Menjalin persaudaran itu membutuhkan tahapan sedikit demi sedikit. Mulai dari tahapan ta’aruf (pengenalan), tafahum (saling memahami), takliful qulub (ikatan hati), tafakul (toleransi), tadhiyah (saling berkorban), serta ta’awun (tolong-menolong)
Semua butuh proses dan kesabaran yang sangat tinggi, serta membutuhkan tahapan sekaligus komitmen  yang teguh. Hanya kepada Allah lah kita berusaha dan bertawakal. Segera revolusi diri menuju keadaan yang lebih baik. Berubahlah mulai hari ini karena Allah SWT semata.

ISI BULLETIN AL-FUR'QON SMA MTA Surakarta
edisi mei 2011